Saturday, November 27, 2004

|| SELEMBAR BULAN ||



lima helai gambar bulan,
gunting rata untuk semua orang malam ini,
biar terang malamnya,

..juga untuk ibu,
yang menjerit ringkuk di atas ranjang dan belum kunjung pulang,
cari nasi...

begitu katanya.

2004

O, NANI

I.
waktu matahari perlahan mengetuk jendela kamarmu, senyap sesaat menggelayut dirasa. Kita ditantang lagi hari ini-atau kau yang sengaja membuat hari seperti sebuah arena laga perang , singa menantang mengangkang tepat di atas kepalamu, hingga pecah sudah hari ini bukan ikhlas lagi kau buat hidup bekerjamu, saat bisikan hidup adalah sekolah tidak lagi kau mengerti.


November,untuk Nani buruhku.



II.
Lari, lari- begitu katamu. kita gerah, mengejar sebentuk cita, kita resah menanti masa. berhenti sebentar, biar kita telanjang, pahami diri, kenapa kita ada di sini?

November 2004



III.

T h E A r T o F M e
i t u k a t a s a y a ,
s a a t s a y a p a k a i b a j u s e t e n g a h p u s a r t a n p a k u t a n g,

Nani, 2004

Wednesday, November 17, 2004

|| JEJAK - JEJAK DI ATAS TANAH BASAH ||

I.
Seorang perempuan menemui kekasihnya dalam kesedihan .
dia bertutur tentang kegagalanya lagi yang telah
kesekian kali. Lelaki di hadapannya itu hanya
memandanginya dan tersenyum, lalu berkata setelah
semua cerita dan air mata usai dipapar , " Kulihat
sempurna sudah bintang di matamu, karena redupnya yang
sesekali, " gadis itu terdiam.



II.
Akhirnya kita sepakat untuk berjumpa di halte bus ,jam
16 , tepat seperti kisah kita lima tahun yang lalu.
Bahkan tidak ada yang berbeda , saat hujanpun turun
akhirnya seperti hujan lima tahun yang lalu, disusul
dengan hujan air matamu seperti sekarang yang serupa
dengan tempo dulu. Ah , entah kenapa bahkan hingga
sekarangpun kita belum kunjung sejalan. Mungkin lima
tahun lagi jangan lagi pertemuan kita untuk
mengharapkan adanya persamaan dan bukan permintaan
atas pertemuan yang menjadi pengulangan hari kemarin.
Bukankah hidup adalah perubahan bukan rotasi untuk
sebuah pengulangan kisah kemarin.


III.
Waktu hingga tibanya dahi tersentuh tanah untuk sebuah
sujud dari yang jarang, siapa yang memulai untuk
melukiskan balik tentang bagaimana aku bisa sampai di
sini ? waktu kemarin aku masih bertanya - tanya akan
berdiri di mana aku dua tahun lagi, besok atau tahun
depan, masihkah berdiri pada shaf yang sama di surau
ini? dan saat semua berubah lepas sujud, butir air
mataku menetes Illahi, terlalu banyak kisah untuk
dipaparkan terlalu pendek waktu untukku menulis tangis
dan takutku akan malam - malam itu, sungguh aku
terhempas tuhan untuk besok dan hari dari kaki yang
tak pernah aku tahu akan berdiri di mana kelak.



semarang,2004