Monday, September 27, 2004

RUANG TAUBAT UNTUK MATA BUTAKU

aku masih disini tuhan, menepikan barat memberanguskan timur.

aku tahu aku terlambat, senja datang terlalu cepat sedang fajar masih terlalu jauh.

terlalu cepat untuk mendengungkan adzan subuh di tanahku, juga terlambat untuk melepaskan sujud azhar di sajadahku. lari! melompat segera! awan mulai kemerahan.cepat! Di Malaysia belum lagi azhar, juga di bumi Singapura. katakan saja terus terang tuhan, bahwa masih ada ruang taubat untuk mata butaku .

September 2004


Sunday, September 26, 2004

|| BAJU BESI ||

aku menjerit sekeras mungkin untuk memanggilmu dan membawamu kembali disini,
tapi tidak ada jawaban,
selain rintihan setan-setan malam mencari sahabat baru dariorang-orang yang sakit jiwa.

Juli 2004

tolong abadikan aku dalam photo
saat aku diam tanpa suara

biar semua hanya bisa menebak,
sebab cuma aku sendiri yang tahu tentang apa yang ada dikepalaku,

2004



kau , aku dan hujan yang selalu saja membayangi kisah-kisah
entah kenapa harus ada wajahmu dimalam-malamku
tapi seperti tidak jelas,
sebab hujan memburamkan semua,
..aku tidak yakin,
kau kawan atau lawan...

juli 2004

RUMAH RASULULLAH DI UJUNG GANG TANAH RAFAH



sudah kubilang tuhan,aku tetap bisa bercinta di tengah perang,meski akhirnya aku hanya membawa pulang seonggok kekalahan ,seperti borok yang kugendong di punggung. kering dibakar matahari, perih di bakar peluh.semua orang hilang, entah kemana, mereka bilang semua sudah mati, juga putraku hasil percintaan kami kemarin. tapi istriku bilang tidak , sebab mereka semua menghilang di ujung gang. ujung gang? mau kemana. " di akhir jalan itu, ada rumah rasulullah, " jawabnya.

tanah Rafah

Saturday, September 25, 2004

KAIS PERIH MILIKMU AYAH

aku kemudian menjadi yang serupa denganmu, menukik tajam diantara lembah dan ngarai, memecah batu mengais bangkai sang anak-anak rusa, benar - benar persis sepertimu bahkan ketika berdiri lantang di atas ceker kokoh sisik di hamparan tebing tak bertuan. sebagai rajawali aku persis menirumu, sungguh aku tetap mencintaimu, meski tak jua kau bacakan adzan di telingaku.




September 2004


PELUH DI MEDAN KITA

aku seperti yang telah kalah sebelum berperang. saat tameng yang kau tawarkan lebih pantas kujadikan beban , lalu kubiarkan pedang kau hunus jatuh menggeliat batinku. aku mati karena peluhmu , aku terjatuh lunglai di pelukanmu.

September 2004


Wednesday, September 22, 2004

|| INI CINTA MENURUTKU, APA MENURUTMU? ||

samar wajah yang tercipta malam itu, entah siapa yang melukisnya, tapi aku tahu itu wajahmu.Bersembunyi sendu di balik kemarau cinta kita, senggaja menatapku..aku yang lebih mirip burung Hering ..yang ingin segera meraihmu dan merobek segala topeng yang kau cipta untuk menutupi kerinduan itu....aku yang siap merampas segala hidupmu untuk dihabiskan di ruangku , di sini , yang kucipta sendiri dengan segala kuasku sendiri dari warna-warna yang tak kau suka tapi menjadi warna-warna hidupku,

kau meronta di atas sorak sorai pemaksaanku,tapi kau diam saat bibirmu kupaggut, perlahan kau miringkan kepalamu dan membiarkan sebutir air mata jauh ke bumi basahi padang kemarau kita,

hati kecilmu menjerit ", bahwa semua jiwa adalah berbeda," tapi jantungmu berdegup kencang tak sanggup melawan arus yang kurangkai di jernih matamu,

ini cinta, menurutku..apa ini menurutmu?

for my friend ROZI ,

PAKTANI

September 2004

Sunday, September 19, 2004

M A M A

KISAH

waktu akhirnya kita berbaring bersama di bawah bulan yang hanya satu. kau diam tidak bicara. ditutupi rambutmu yang memutih matamu meredup, sedikit menghela nafas panjang pura-pura tertidur. pembicaraan kita tertunda lagi untuk membahas masalah tua dan menopause mu. aku yang terlalu sibuk mungkin tenggelam di usia muda terbakar cerita, sedang kau yang sudah tua usang dimakan sang kisah.




MATAHARI BERPELUH DI DADA

Tidak ada lagi yang bisa aku ceritakan padamu tentang kisah si bulan dan matahari anakku, sejak jiwa terinjak diri sendiri sedang kalbu memilih untuk bersembunyi dibalik senja enggan melihat fajar.pesanku hanya satu, bahkan dalam gelap kau bisa melahirkan cahaya yang berpijar dari dadamu sendiri, dan sebutlah dia sebagai matahari saat kau benar benar yakin bahwa dadamu selalu berpeluh , berdegup kencang untuk memasang lilin di setiap sudut jiwa.


Sepmber 19,2004

Thursday, September 09, 2004

SIMPATI UNTUK BOM KUNINGAN [OTAK SUMBING PELEDAK BOM KUNINGAN ]

Heihh !!

perjalanan masih panjang menuju titik puncak jihad dari kepenulisan!

masih saja aturan - aturan hidup diporak-porandakan seperti menghina tubuh diatas peternakan!

sialan bagi mereka yang menganggap kita binatang!



Mana?!

jangan berhenti getarkan penamu!

sebarkan tulisanmu ! bermanfaatlah di bumi Allah!

terkam jeritanku membabi buta atas tubuh saudara yang terbelah pagi ini!!



ayo!

bawa aku menyeret ! biar kubedah sendiri isi kepala mereka,

otak sumbing tercecer , gilas diatas tubuh tergerai saudaraku!



"Heih!!

kamu pikir saya binatang??!"

jawab!!


September 9, 2004

Monday, September 06, 2004

BULAN JATUH DI PELATARAN

Hei kau!
yang berdiri dipinggir jalan bergaris putih
menanti bus muncul dari tikungan pertama berhenti didepanmu ,
membawa kau pergi ke medan perang dalam duniamu sendiri,
yakinlah bahwa matahari masih ada hingga menjelang maghrib ,
dan kala benar sudah gelap adanya, masih ada bulan diujung pelataran.



Semarang 06, 2004